Statistic Process Control (SPC)

Statistic Process Control

Statistic Process Control (SPC) adalah salah satu tools dalam Six-Sigma, yang sangat effective digunakan untuk memahami perilaku process dan memastikan agar kualitas process atau product stabil dari waktu kewaktu. SPC membantu untuk mencegah terjadinya potensi kecacatan product sejak dini melalui implementasi Peta Kontrol (Control Chart). Control Chart akan memberikan indikasi atau petunjuk ketika process tidak terkendali (tidak stabil) dan membantu mengidentifikasi adanya variasi yang di sebabkan oleh penyebab khusus.

Control Chart merupakan grafik plot dari nilai process/product berdasarkan urutan waktu. Dan umumnya Control Chart mencakup garis tengah, batas control atas dan batas control bawah. Garis tengah mewakili rata rata atau nilai tengah, sedangkan batas control atas dan bawah menunjukan variasi process. Dan Secara default batas control atas atau bawah di ambil dari jarak 3σ diatas dan di bawah garis tengah.

Plot nilai process (product) yang berada secara acak (random) didalam batas control menunjukan process dalam kondisi terkendali, yang berarti variasi yang terjadi di dalam process hanya dikarenakan  oleh penyebab umum. Sedangkan plot nilai yang jatuh diluar batas control atau menunjukan pola yang tidak acak (tidak random) meskipun di dalam batas control, maka menunjukan bahwa process tidak stabil. Kondisi kondisi dimana process di identifikasi dalam tidak stabil didalam Control Chart bisa di kenali melalui pola yang terjadi, dan di formulasikan dengan Shewhart Role.

Ketika process tidak stabil berarti ada masalah khusus yang terjadi di dalam process sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan sesegera mungkin. Tindakan perbaikan tentunya dilakukan oleh petugas yang memiliki pengetahuan yang cukup terhadap process yang ada, seperti operator sendiri atau bagian lain, dan jika diperlukan dengan melibatkan atasan atau management level tergantung dari typical penyebabnya.

Namun demikian yang perlu di fahami walaupun SPC sudah terbukti sebagai salah satu alat yang sangat effective dalam menjaga qualitas tetapi SPC bukanlah obat instan yang serta merta bisa menyembuhkan masalah penyimpangan yang terjadi selama process (produksi) berlangsung. SPC hanyalah “Quality Tools” (alat bantu qualitas), yang tentu saja sangat tergantung dari factor lain seperti petugas pelaksana dan atau management didalam mengimplementasikan.

Secara umum SPC bisa dikelompokan dalam 2 jenis, yaitu SPC untuk parameter variable and SPC untuk attribute.

SPC Variable di bedakan dalam beberapa type sebagai berikut,

  • Mean and Range (X and R charts)
  • Mean and Standard deviation (X and S chart)
  • Mean and Moving Range (X and MR chart)

Dan ada satu lagi yang umum di pakai terutama dalam system Six Sigma yaitu Pre-Control Chart, dan untuk type ini adalah bagian dari DOE dengan Shainin Approach.

SPC untuk attribute dibedakan dalam 4 type,

  • Number of rejects (constant sample size)  (np chart)
  • Proportion of rejects (variable sample size) (p chart)
  • Number of defects (constant sample size) (c chart)
  • Number of defects (variable sample size) (u chart)

Berdasarkan pemahaman penulis yang pernah berpengalaman sebagai praktisi dan pernah terlibat aktif dalam mengembangkan, men-set up atau mengimplementasi SPC, kunci sukses utama didalam implementsi SPC dalam konteks keberhasilan dalam ”membantu” memperbaiki qualitas di tentukan oleh hal hal berikut,

  1. Pemahaman yang cukup mengenai SPC dan kecakapan dalam mengimplementasikan, termasuk juga quality tools yang lain yang di perlukan dan menyatu di dalamnya.

SPC bukanlah Quality Tools yang berdiri sendiri, tetapi juga perlu di dukung oleh quality tools yang lain sebutlah capability analysis baik untuk equipment (measurement system) maupun terhadap process. Tanpa pemahaman yang cukup maka sulit kiranya untuk bisa mengimplementasikannya secara effective. Ibaratnya kita punya alat memasak maka harus tahu fungsi dan kegunaan masing masing alat, kapan di gunakan, bagaimana mengoperasikan dan tentunya supaya bisa memasak tidak cukup hanya satu alat memasak tapi juga perlu di dukung dengan peralatan yang lain.

  1. Langkah langkah yang tepat didalam implementasi SPC.

Ada tahapan langkah langkah, syarat dan kreteria yang perlu di lakukan di dalam implementasi SPC yang sering di lupakan atau bahkan di abaikan sehingga pada akhirnya membuat SPC tidak effektif atau bahkan gagal total. Langkah yang tepat harus di mulai sejak awal yaitu saat mengidentifikasi dan menentukan significant parameter yang akan di control. Jika parameter yang akan di control sudah teridentifikasi, bisa jadi perlu di check kembali apakah memang parameter itu sudah tepat, dengan menggunakan qualitity tools lain secara tepat seperty Quality Function Deployment (QFD), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Design of Experiment (DOE), Regresi atau Mulivarate Analysis dan lain lain.

Selanjutnya perlu di lakukan Capability Analysis untuk melihat apakah secara nature SPC bisa di terapkan secara langsung di dalam process, atau perlu tindakan atau langkah langkah lain yang di perlukan sebelum di implementasikan.

  1. Kemampuan menganalisa penyimpangan process

Seperti di jelaskan sebelumnya SPC, DOE, FMEA atau bahkan Six Sigma sekalipun adalah Quality Tools atau System Management process Improvement, tentunya dalam implementasinya akan sangat effective jika di sinergikan dan tunjang dengan sumberdaya yang memiliki skill teknis yang memadai sesuai bidangnya dan kemampuan problem solving yang mumpuni. Quality tools akan membantu mengidentifikasi dan menemukan jika terjadi masalah, dan untuk selanjutnya perlu di tindak lanjuti dengan analysa masalah dan menentukan tindakan perbaikan yang effective.

  1. Komitment dari seluruh bagian yang terlibat terutama dari level management adalah menjadi kunci utama suksesnya suatu program perusahaan tidak hanya didalam implementasi SPC saja tetapi juga program-program yang lain. Komitmen adalah tindakan nyata untuk memastikan agar program bisa berjalan sesuai yang di harapkan dan di tuangkan dalam bentuk misalnya pembentukan team leader atau champion, pemantauan, review secara teratur dan perbaikan yang diperlukan termasuk di dalamnya dengan memberikan reward atau penalty jika diperlukan.
  1. Konsistensi dalam menjaga semangat dan motivasi untuk menumbuhkan kultur process perbaikan yang berkesinambungkan (continues improvement culture) didalam organisasi. SPC bukanlah program yang sekali di announce kemudian bisa berjalan tetapi adalah program perubahan culture sehingga diperlukan waktu untuk bisa berjalan seprti yang diharapkan basa dalam hitungan bulan bahkan sampai tahunan.